Jumat, 19 Februari 2010

Dunia Icang69

Dunia Icang69

Link to Dunia Icang69

Film Indonesia: Horor, Humor dan Horny

Posted: 18 Feb 2010 07:54 PM PST

Tiga kata yang mungkin cocok untuk menggambarkan keadaan film Indonesia saat ini adalah humor, horor dan horny (baca: birahi). 3H yang diusung oleh para produser film seperti ini ternyata punya satu kata kunci yaitu yang berhubungan dengan kata "ke-tegang-an". Entah itu untuk melepas ketegangan, membuat tegang atau 'melemaskan' ketegangan. Dengan mengekspolitasi itu diharapkan bisa mendatangkan banyak pemasukan dari penonton.

Humor. Dengan semakin tingginya beban hidup, tidak sedikit orang menjadi stress. Film-film lucu menjadi pilihan yang bisa melepaskan segala ketegangan yang sering mereka hadapi. Tertawa sepuasnya. Melupakan semua masalah yang ada. Walau hanya sebentar.

Horor. Karena sering hidup dalam stres jadi tidak ada salahnya kalau nontonnya yang bisa membuat tegang juga. Memacu adrenalin. Membandingkan ketika melihat setan dengan ketika ditegur sama bos di kantor. Atau bosnya sendiri dikira mirip setan. Atau masyarakat kita yang masih ingin dibodohi dengan tahayul. Mempertumpul logika dan keyakinan agama.

Horny. Ini juga bisa membuat ketegangan tapi kalau keterusan bisa jadi lemas.

Film-film yang mengusung 3H seperti ini sudah banyak beredar di bioskop. Misalnya ML (Mau Lagi), Hantu Jeruk Purut yang dibintangi artis panas dari Jepang Rin Sakuragi, Hantu Datang Datang Bulan, Arisan Brondong dan masih banyak lagi. Ada yang tidak lolos sensor dan masih banyak pula lolos begitu saja. Mana tanggung jawabnya LSF?

Kalau mau buat film 3H, tidak susah. Para mahasiswa bahkan siswa SMU dan SMP sudah bisa. Cuman bermodal hp berkamera, film pendek sudah bisa dibuat. Humor karena tidak sedikit pemeran yang gugup di depan kamera. Horor karena membuat tegang keluarga dan orang-orang yang peduli dengan masa depan bangsa. Horny, jangan ditanya. So pasti.

Tuntutan profesionalisme sepertinya mereka sudah penuhi karena mereka begitu menghayati perannya. Tidak ada beban sama sekali. Sebab video yang terlanjur beredar itu tidak dibuat untuk ditonton oleh orang lain. Tidak seperti para artis kita sekarang ini, mau saja terima adegan 'penghancur moral' dengan alasan tuntutan peran, profesionalisme atau apa pun alasannya.

3H (hancur, hancur, hancur) ini yang membuat film kita tidak berkualitas. Yang hanya melihat dari sisi komersilnya saja tanpa memikirkan dampak negatifnya lebih jauh.

Mereka para produsen selalu berkelit dengan masalah kebebasan berpendapat. "Bagaimana Film Indonesia mau bagus kalau dibatasi?" Cobalah lihat film-film barat disana yang menembus box office. Bandingkan keduanya di bagian 'mesum' saja. Berapa spotnya? Seberapa lama? Kalau pun ada paling cuman sebentar dan itu pun bisa disensor dengan mudah dan tidak akan mengubah isi ceritanya secara utuh. Kalau film Indonesia saat ini, mulai dari awal sampai akhir sepertinya mesum semua. Mau dipotong dimana?

Tidak usah jauh-jauh lihat film di bioskop. Lihat saja sinetron kita di televisi yang seharusnya menjadi landasan dari film di bioskop. Sama tidak bermutunya. Lebih baik nonton sinetron yang berjudul "Skandal Bank Century" yang saat ini peran antagonis dimainkan oleh si Poltak Raja Minyak dari Medan. Mendekati episode terakhir. Jadi penasaran. Happy ending atau tragis? Katanya akan ada session 2.

Sinetron saat ini rata-rata adalah sinetron striping atau kejar tayang. Pagi-siang syuting. Sore editing. Malam tayang. Asal jadi. Alur cerita tidak jelas. Itu yang mau dilihat sebagai seni peran?

Terus terang saya sangat kecewa dengan aktor tampan kita Anjasmara. Wajahnya yang culun muncul setiap malam di sinetron terbarunya. Rasanya tidak sebanding antara piala yang menumpuk di lemarinya dengan perannya saat ini. Mulai dari karakter hingga ceritanya sudah tidak asli. Meniru yang ada di luar sana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar